Total Pageviews

Monday, May 9, 2011

Perdagangan Bebas Mengancam Ekonomi Kerakyatan


Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, aliran informasi sudah tidak bisa dibendung lagi. Hasrat manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya seperti membalikkan telapak tangan. Tak terbatas oleh waktu, tempat atau negara sekalipun. Begitu mudahnya manusia membeli barang-barang produksi luar negeri hanya dengan duduk di depan komputer. Menggunakan e-buy ataupun sejenisnya mereka bisa membeli apa saja yang mereka inginkan. Begitu juga untuk dunia bisnis, begitu mudahnya sebuah organisasi atau sebuah perusahaan menjual dan mencari pasar. Orang memproduksi sesuatu di negaranya dan bebas menjualnya kepada siapa saja di negara lain. Inilah yang dinamakan sistem perdagangan bebas. Perdagangan bebas akan menjadi tren dalam perdagangan dunia modern. Dahulu untuk menjual barang ke negara lain, pastinya tidak semudah sekarang. Ada undang-ndang di setiap negara yang mengatur tentang permasalahan ini. Akan tetapi hal hal ini sudah mulai tidak berlaku lagi. Bahkan pajak-pajak yang ada sudah dibebaskan. Ini tentunya akan menjadi suatu ancaman bagi produk-produk sejenis dari dalam negeri.
Sebuah Negara yang sedang gencar mengalakan perdagangan bebas adalah china. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 1 milyar tentunya cina membutuhkan ketahan ekonomi yang kuat agar penduduk mereka bisa tercukupi kebutuhan ekonominya. Hamper di seluruh dunia mengakui bahwa china memegang peranan dalam perekonomian. Maka dari itu banyak sekali produk-produk china yang dihasilkan dai home indutri. Kemudian mereka memasarkan produk mereka ke berbagai tempat. Akan tetapi karena melimpahnya barang produksi mereka, china melakukan ekspansi pasar. Salah satunya dengan memasarkannya keberbagai Negara.. namun semua itu terkendala oleh masalah pajak dan aturan dari tiap-tiap Negara. Maka dari itu china menjalin kerjasam dengan negara-negara untuk melakukan perdagangan bebas.
Sekarang tak heran jika sebagian besar produk yang kita gunakan adalah buatan china. Mulai dari alat masak, pakaian, elektronik, mainan anak, sampai kosmetik kebanyakan dari china. Lalu apakah semua produk itu bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya? Ya, memang tak semudah itu kita harus percaya dengan kualitas barang-barang dari china. Kebanyakan barang-barang dari china meniru produk-produk bermerek yang sudah dulu ada di pasaran. Akan tetapi dari segi harga jelas memang produk china lebih murah. Bagi masyarakat yang berkantung tipis mungkin ini solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun apakah mereka memikirkan industri dalam negeri kita? Lalu kemanakah industri sejenis dari dalam negeri kita? Apakah mereka kalah bersaing? Sebagian memang begitu dan sebagian lagi hanya mendapatkan sedikit pasar. Jika ini dibiarkan terus menerus maka bukan tidak mungkin suatu saat industri kita akan benar-benar mati. Dan kita hanya bisa bergantung pada produk luar negeri.. karena budaya kapitalisme telah menjakit di negara kita. Yaitu budaya hidup konsumerisme
Sebetulnya produk kita tidak kalah kualitas dengan produk dari china, akan tetapi entah mengapa banyak orang yang lebih mempercayai produk dari luar negeri. Jika memang alasanya dari faktor harga mungkin produk dari luar negeri, khusunya dari china memang bisa dimaklumi. Dengan harga yang sama kita bisa mendapatkan barang yang memiliki banyak pilihan.
Lalu apa yang harus kita lakukan agar industri kita tidak tergusur oleh produk dari luar negeri? Kenyataan itu tidak mustahil jika kita hanya berdiam diri sebagai penonton atau malah sebgai konsumen dari produk luar negeri itu. Mulai dari dini kita harus membiasakan mencintai produk dalam negeri. Dengan begitu kita mampu membantu ketahanan perekonomian nasional kita, bahkan memajukannya untuk bisa bersaing dengan negara –negara yang lain. Kalau bukan kita sendiri lalu siapa lagi yang akan berusaha mencintai produk buatan negeri sendiri?
Beberapa waktu yang lalu mulai dicanangkan penggunaan batik pada hari jumat. Ini merupakan langkah bagus agar kita bias terus melestarikan batik sebagai pakaian kebanggan nasional. Namun ini hanyalah langkah kecil saja. Sebetulnya menurut gagasan penulis masih banyak lagi yang bisa dilakukan. Contoh lain adalah kendaraan bermotor khususnya roda 2. Di Negara kita sudah dibanjiri kendaraan buatan china atau jepang. Lalu dimanakah insudtri kenadaran bermotor kita? Apakah kita tidak mampu membuat kendaraan sendiri? Walaupun kendaraan bermotor itu dirakit dan dibuat di Indonesia akan tetapi masih berlisensi dari luar negeri.
Mungkin ada baiknya jika kita bisa memiliki lisensi untuk membuat kendaraan sendiri. Dan kendaraan ini nantinya akan digunakan oleh para pegawai-pegawai pemerintah. Sehingga kita bisa ikut memberikan nafas bagi industri kendaraan kita sendiri. Dan juga sebagai cerminan kepada masayarakat bawah untuk lebih mengenal sekaligus menggunakan produk dalam negeri sendiri. Suatu keinginan yang besar harus kita mulai dai suatu langkah yang kecil. Tentunya semua itu kita mulai dari elemen masyarakat yang paling kecil yaitu diri sendiri. Kita harus mulai menanamkan pemikiran untuk lebih mencintai produk buatan dalam negeri.

No comments:

Post a Comment