Total Pageviews

Monday, May 30, 2011

Prestasi Anak Bangsa Bangkitkan Semangat Nasionalisme


Setelah 62 tahun bangsa Indonesia merdeka dari belengu penjajahan, kondisi bangsa dan negara Indonesia masih diwarnai berbagai masalah kehidupan yang menjangkit masayarakatnya. Angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Tingkat pendidikan juga masih rendah. Namun dibalik itu semua, banyak anak-anak bangsa yang berhasil mengukir prestasi di dunia internasional. Mereka tidak terkendala oleh keadaan. Kurikulum yang berubah setiap ganti menteri, standarisasi sistem kelulusan, infrastruktur gedung dan peralatan yang tidak layak hingga anggaran pendidikan yang minim.
Adalah Stefano Chiesa Suryanto, pelajar kelas 5 SD Santa Theresia Jakarta Pusat. Prestasi paling gemilang adalah saat ia berhasil memperoleh medali emas dan mendapat penghargaan The Best Theory dalam Olympiade matematika untuk tingkat Sekolah Dasar tahun 2007. Yang lebih membanggakan Stefano merupakan peserta termuda dan berhasil meraih medali emas sekaligus mendapatkan nilai tertinggi. Ternyata prestasi itu hanyalah salah satu dari prestasi yang diukir oleh Stefano. Piala - piala ini dan penghargaan dalam bentuk medali serta piagam ternyata baru sebagian saja dari sejumlah penghargaan yang diperolehnya. Stefano mulai mengukir prestasi sejak kelas 3 SD ketika mengikuti kompetisi matematika terbuka tahun 2005 dan berhasil menjadi juara I. Awalnya Orang tua Stefano kurang yakin akan kemampuan anaknya. Karena begitu banyaknya pesaing dari beberapa Negara yang berlaga. Dan semua tentunya merupakan juara dari masing-masing negaranya.
Bagi sebagian anak-anak seusia Stefano matematika merupakan momok yang sering ditakuti dalam pelajaran sekolah. Tapi bagi Stefano matematika merupakan sebuah bahasa dan rangkaian kata-kata yang indah. Sehingga dia sangat senang mempelajari matematika. Itu semua tak lepas dari peran orang tuanya yang membimbing dia dengan ketekunan dan peuh kedisiplinan.

Kemudian adan lagi seorang pelajar kelas 1 SMA K Penabur 1 Jakarta ini. Anak yang dikenal kalem ini disegani oleh teman - temannya karena kecerdasannya. Kevin Winata namanya. Pada bulan April lalu berhasil merebut medali emas Olympiade Fisika Tingkat Asia di Mongolia. Meraih medali emas tentu merupakan kebanggaan bagi Kevin, apalagi ia membawa nama bangsa ke dunia internasional. Sebelumnya Kevin berjuang keras untuk meraih medali emas ditingkat propinsi dan nasional dalam Olympiade Sains Nasional.
Berbagai hadiah diraihnya seperti medali emas, piagam dan sejumlah uang. Bagi Kevin fisika adalah mata pelajaran yang mudah dipahami. Belajar fisika berarti belajar tentang kehidupan disekitarnya. Belajar tentang fisika tidak selalu harus dimelototi rumus - rumus yang berbelit, melainkan pelandasan konsep yang kuat. Awalnya Kevin iseng - iseng ikut kejuaraan fisika ditingkat propinsi. Ketika itu ia masih duduk dikelas 2 SMP. Dari sinilah Kevin terus mengasah kemampuannya sambil mengikuti kegiatan kursus - kursus fisika. Untuk berbagi ilmu tidak jarang ia menjelaskan dan memecahkan soal fisika kepada rekan - rekannya sekelas. Pelajaran menghafal merupakan pelajaran yang sulit bagi Kevin. Kevin tidak suka pelajaran menghafal. Seperti pelajaran ilmu social. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dianggap pelajaran yang memerlukan waktu lama.
Lain lagi dengan Farid Firmansyah, pelajar SMP di Bekasi, Jawa Barat berhasil menjadi juara dalam kejuaraan catur pelajar internasional. Walaupun orangtuanya hanyalah pedagang kecil, namun semangat Farid tidak pernah surut untuk meraih prestasi tertinggi. Prestasi internasional didunia olahraga memang sangat minim, bahkan hampir setiap tahun diberbagai cabang olahraga yang dipertandingkan tidak menunjukan hasil yang menggembirakan. Dari berbagai cabang olahraga tidak banyak lomba yang menjuarai di dunia internasional. Namun seorang pelajar kelas 3 sebuah SMP di Bekasi, Jawa Barat mampu meraih prestasi luar biasa. Namanya Farid Firmansyah, ia berhasil menjadi juara catur dunia tingkat pelajar. Farid Firmansyah merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Ia mulai mengenal dunia catur yang masih duduk dikelas 3 SD. Firman hampir setiap hari bermain catur dengan siapa saja. Sang ayah yang berprofesi sebagai pedagang rokok di warung yang melihat bakat dan kemampuan anaknya langsung menyekolahkan ke Sekolah Catur Utut Hadianto. Penghargaan ini merupakan kebanggaan Firman selama ia menjadi juara ditingkat nasional dan internasional dibidang olahraga catur. Dalam keseharian selain mengikuti kursus catur selama 6 jam sehari, Firman juga membantu ayahnya berjualan rokok di warung. Untuk terus mengasah dan meningkatkan kemampuannya Farid membaca buku - buku catur dan bermain catur dengan menggunakan komputer. Orangtua Farid berharap anaknya dapat meraih gelar grand master yang akan dipertandingkan pada tingkat kejuaraan catur tahun ini prestasi yang diukir oleh sang guru catur Indonesia untuk Utut Hadianto.
Kemudian ada Bryan Jenvoncia, anak berusia 6,5 tahun asal Pontianak, Kalimantan Barat berhasil memenangkan lomba desain perangko yang diadakan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dia berhasil mengalahkan 12 ribu pesaingnya yang datang dari 124 negara. Hasil karya Bryan akan menjadi perangko resmi Perserikatan Bangsa Bangsa. Prestasi Bryan memang patut dibanggakan yang menjadi pemenang dalam lomba desain perangko Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bertema We Can End Poverty, sehingga Bryan mendapat penghargaan dari Sekjen PBB Ban Ki Moon di New York, Amerika Serikat pada 17 Oktober tahun lalu.
Sebenarnya Bryan dan orangtuanya tidak menduga akan berhasil menjadi pemenang, karena Brayn harus mengalahkan 12 ribu peserta dari 124 negara. Lukisan Bryan berlatar belakang anak-anak yang bermain dengan memanfaatkan potongan kain bekas jahitan ibunya. Sementara sang ibu terlihat sedang menjahit baju. Sepulang dari Markas Besar PBB, hal yang sangat membanggakan buat Bryan adalah diundang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Negara. Karena sejak dahulu, Bryan bercita-cita ingin bertemu dengan presiden. Saat bertemu Bryan, presiden berpesan agar Bryan tidak boleh puas dengan apa yang telah diraihnya. Bryan juga harus meningkatkan prestasi lainnya seperti prestasi di sekolah. Kemampuan melukis Bryan menurun dari ibunya. Karena sang ibu Rosalina merupakan lulusan D3 jurusan desain dari sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Melihat dan mendengar ternyata prestasi yang ditorehkan anak-anak bangsa ternyata bisa membangkitkan semangat kita. Kita dapat mencontoh mereka, melakukan apa yang terbaik bagi bangsa ini. Sehingga melambungkan nama besar dan martabat bangsa. Selanjutmya dimulai dari hari ini apa yang sudah kita lakukan untuk menjadikan nama bangsa kita lebih dihargai??kita serahkan semua kepada masing-masing pribadi.
Sumber: www.indosiar.com

No comments:

Post a Comment